Cari Blog Ini

Jumat, 01 Mei 2020

GURU DAN BURUH DALAM PUSARAN TITIK YANG SAMA

Berita by admint


                 By. Nukman HMT, M.Si.

Opini

Sehari setelah May Day 1 Mei 2019, kita juga menyambut dan merayakan lagi  Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS), 2 Mei 2019. Yang menjadi renungan, kita bersama adalah soal status dan kesejahteraan keduanya ahh sudahlah, sudah kita bergabung dengan buruh menyampaikan suara kita. Sudah sebaik apa sistem pendidikan nasional kita? Patut, Guru juga buruh.

Yang tidak setuju Guru adalah Buruh, berarti ia adalah PNS guru atau ia merasa guru lebih mulia dari pada buruh. BUKAN! Justru itu jika guru dimasukkan ke dalam defenisi buruh lewat Undang-Undang ketenagakerjaan, mungkin bisa bersama-sama pada hari buruh turun ke jalanan menuntut hak-haknya Guru.

 Terkendala, pada siapa Guru Honorer mengadu.

Dimana mana banyak persoalan honorer yang tidak mampu terakomodir dengan baik mengingat ketiadaan payung hukum yang kuat apalagi PP 11 Tahun 2020 sudah tidak lagi mengenal istilah honorer apalagi honor daerah padahal periide dan masa pengabdian mereka lumayan cukup jauh dan sangat lama bahkan perannya masih tak tergantikan hingha kini meski kekinian kita sudah secanggih istilaj era 5.1., guru masih diidolakan siswa dan anak didik kita.


Mereka adalah pekerja yang menerima gaji atau imbalan juga bukan? Adapun guru tidak memiliki ketetapan layaknya UMR setiap provinsi. Masih banyak Guru yang hak-haknya tidak terpenuhi, terutama mereka yang menjadi Guru di sekolah-sekolah Swasta. Digaji seenaknya saja, dibayar semau gue oleh kepala sekolah bahkan operator sekolah yang berhasil menginput data datanya tak mampu dihargai dengan sebuah reward yang tepat padahal muara proyek proyek sekolah datangnya dari kinerja operator sekolah yang baik tertutama yang menangani data dapodik. Apakah guru mempunyai sarikat layaknya sarikat kaum buruh?
 Hari Buruh menjai perenungan betapa Guru pun merasakan hal yang sama. Menderita dan dituntut melakukan yang terbaik untuk bangsa.

Guru pun ingin dihargai hak-haknya dan hidup sejahtera sebagai orang mulia dan berjasa dalam mendidik anak-anak calon generasi pengganti penerus cita-cita bangsa.

Jawaban mengenai pertanyaan apakah Guru adalah Buruh, perlu perenungan untuk menjawabnya. Buruh, Guru, anak-anak buruh, sekolah dan kemiskinan adalah kata Pertanyaan dari Renungan Tulisanku ini.

May Day dan HARDIKNAS adalah hari Sakral yang penuh dengan penderitaan dan tuntutan. Rentetan hari Besar Nasional di Negeri kita. Kedua hari ini mengandung banyak permasalahan yang seharusnya dicarikan solusinya oleh pemerintah dan semua yang berperan di dalamnya.
Maka dari itu May Day adalah momentum memperjuangkan hak, bukan sebagai hari untuk liburan.

Anak-anak buruh juga berhak untuk mengenyam pendidikan. Tuntutan Buruh prihal revisi PP No. 78 Tahun 2015 Peraturan Pengupahan yang lsyak mandapat perhatian Pemerintah. Agar Buruh dan Guru Honor di sekolah Swasta dilibatkan dalam menentukan kenaikan upah minimum.

Jika Buruh sejahtera, sekolah yang hari demi hari bertambah mahal pun dapat diduduki oleh anak-anak pekerja yang disebut sebagai Buruh. Perlindungan terhadap buruh tidak cukup dengan BPJS. Isu permasalahan Buruh harus terus diperjuangkan dan diselesaikan tentunya.

Akhirnya, buruh makmur, Negara pun maju, Guru pun tersenyum.


Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Hari Pendidikan Nasional 2020 yang jatuh pada tanggal 2 Mei 2020 terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya ini tidak terlepas dari pandemi covid -19 yang melanda negeri ini, bahkan seluruh dunia.

Banyak dari kita berpikir bahwa pandemi ini telah membuat keterpurukan di berbagai pihak Namun kami dari Federasi Guru Independen Indonesia justru memandang bahwa adanya pandemik ini telah menjadikan bangkitnya guru-guru milenial Indonesia.

Guru-guru milenial ini alhamdulillah didominasi oleh guru-guru anggota Federasi Guru Independen Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dari Miangas hingga Pulau Rote. Dalam kondisi keterpurukan di banyak Sisi termasuk dalam dunia pendidikan, kawan-kawan ikatan guru Indonesia Bangkit dalam waktu yang tidak begitu lama.

Sejak berdiri tahun 2001 Federasi Guru Independen Indonesia sudah bergerak cepat dalam upaya menjadikan guru-guru kita menguasai teknologi kami memegang prinsip bahwa teknologi tidak akan pernah menggantikan guru tetapi guru-guru yang tidak paham teknologi suatu ketika akan digantikan oleh guru-guru yang paham dan menguasai teknologi.

Bahkan dalam 4 tahun terakhir m Federasi Guru Independen Indonesia mampu melatih hampir 2 juta guru di Indonesia dengan lebih dari 1000 pelatih dan lebih dari 100 kanal pelatihan Federasi Guru Independen Indonesia. Selama ini kami bergerak cepat tanpa harus bergantung anggaran pemerintah baik APBD maupun APBN dan alhamdulillah ternyata saat ini apa yang kami lakukan dalam 4 tahun terakhir begitu berguna di masa-masa pandemi covid 19 ini.


Dengan penguasaan teknologi yang sangat baik, di minggu pertama pun ketika belajar dialihkan dari sekolah ke rumah, kawan-kawan ikatan guru Indonesia sudah mulai bergerak mengumpulkan kawan-kawan guru lainnya yang selama ini tidak mau berubah dan tidak mau belajar dan karena Covid 19 ini mereka terpaksa harus belajar agar mereka mampu menjalankan pembelajaran jarak jauh.

Karena selama ini kawan-kawan ikatan guru Indonesia tidak tergantung APBN dan APBD maka tanpa memikirkan darimana anggarannya pun mereka bergerak, selain melatih guru-guru, mereka juga menjalankan pembelajaran langsung dengan siswa melalui dunia maya. Tentu saja mereka sangat mahir karena selama ini mereka sudah melakukannya meskipun tanpa wabah pandemi.


Guru Indonesia Bangkit

Hardiknas 2 Mei 2020 seolah menjadi penegasan akan semua hal itu FGII Indonesia akan menyelenggarakan pelatihan hampir serentak di seluruh Indonesia dengan target peserta 360.000 guru dan sekali lagi itu tak membutuhkan APBD dan APBN bahkan sebagian besar pelatihan ini dijalankan secara gratis atau tanpa menarik iuran apapun dari guru-guru Indonesia yang mengikuti pelatihan ini.

Di tengah gagapnya pemerintah menjalankan pendidikan dan bahkan mendorong layanan pendidikan berbayar sebagai bentuk rasa frustasi, Federasi Guru Independen  Indonesia justru bergerak cepat mengambil langkah untuk mengantisipasi segala hal dalam dunia pendidikan kita terutama bagaimana penguatan internal dijajaran guru Indonesia menjadi semakin baik, alhamdulillah FGII telah mengajukan ke Kementerian tentang program Guru Merdeka Belajar dan Indonesia Mengajar baru baru ini dan dalam proses persetujuan Bapak Anwar Nadiem Makarim selaku Mendikbud baru. Jika ternyata pandemi ini berlangsung dalam waktu yang lama. Guru Indonesia tetap akan bangkit, dari segala keterpurukan. Guru yakin badai akan berlalu, Pendidikan Indonesia harus tetap jaya, karena mencerdaskan anak bangsa adalah tugas mulia bagi seorang guru.


#MAYDAY_HARDIKNAS#

*Penulis Ketua FGII alumni S2 Kebijakan Publik Univ.Wijaya Putra
Wisuda Tahun 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar