Berita by admint
Foto. Salbiah Ibnu on Facebook
SWARA CENDEKIA.news., Kota Bima.- Pendidikan merupakan sebuah institusi yang selalu berupaya memanusiakan manusia, peran seorang manager sekolah atau Kepala Sekolah sangat diharapkan agar mampu memanage secara maksimal sesuai amanat regulasi yang tertuang dalam 8 (delapan) standar nasional pendidikan termasuk permendikbud no 6 Tahun 2018 ttng peran tugas kepala sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, seorang kepala sekolah disini sangat menentukan sekali, kemana arah yang dituju, dan apa yang akan hendak dicapai, katanya.
Salah seorang pemerhati pendidikan dalam sebuah akun facebook bernama Salbiah Ibnu terbaca gerakannya dan muncul di sebuah grup pendidikan yang dihuni para entitas edukatif dari berbagai latar se antero jagad raya dunia maya, Kemdikbud dalam pantauan SC, seorang bernama Salbiah Ibnu di akun facebook, sekitar medio selasa, (7/4)., menyerang kebijakan pendidikan yang tidak pro rakyat terhadap wong cilik seperti honor atau wiyata bhakti di sebuah grup dalam menyoal hak dan kewajiban para pendidiknya.
Apalagi saat ini ditengah ujian dan cobaan yang menimpa bangsa kita yang tiada henti sangat dibutuhkan kearifan dan kedewasaan seorang pemimpin dalam menaungi segala hal, pemimpin yang dimaksudkan disini bisa saja seorang Walikota, Bupati, Kepala Dinas, Kepala Sekolah dalam menyikapi dinamika progressing kelembagaan yang dipimpinnya.
Dilihat dari biodatanya yang bersangkutan pernah belajar di STAIM Bima, jurusan S1 pendidikan agama islam dan beralamat di Kota Bima, otokritiknya dalam grup kemendikbud yang beranggotakan hampir 800 ribu lebih itu, sebuah akun salbiah ibnu mencoba menyoroti soal cara dan sikap para kepala kepala sekolah di era milenial yang masih belum bisa membaca arah kebijakan pendidikan dalam tataran milenial.
Salbiah Ibnu menilai saat ini Kemendikbud RI melalui Bapak Nadiem Anwar Makariem, sudah saatnya merubah istilah Kepala Sekolah menjadi Ketua Sekolah, itu yang pertama harapan ibu muda ini pada swara, mengapa begitu? Karena sebagian besar mereka dalam benaknya hanya ingin menguasai dan menjadi penguasa di sekolah, dan yang lebih utama itu bapak mentri harapnya bagaimana bisa mengubah mindset dunia pendidikan kita saat ini yang tengah carut marut lalu diperparah lagi hanya oleh hal hal yang sifatnya tidak perlu.
Selain itu menurutnya sudah saatnya para kepsek bersikap dan bertindak professional dengan paradigma baru bukan lama,, para kepsek jaman now sangat doyan pegang uang dan orientasi proyek serta suka membuat kwitansi fiktif dan suka mengurangi honor guru dengan berbagai macam alasan, alibi dan dalih. Menurutnya bendahara bendahara itu kadang ada yang tidak berani terhadap para kepala kepala sekolah dan tidak berani berkutik karena mereka merasa diri dan beranggapan demgan mengatakan kepala sekolah punya kondite punya wewenang penuh dlm pengelolaan uang, selain itu tidak.
itu kadang banyak yang tidak tahu cara kepala di sekolah dalam memanage lembaga edukasi, tiba saat tiba akal saja caranya dalam mengelola kegiatan kegiatan di sekolah padahal menurut salbi kekompakan, saling keterbukaan, saling percaya adalah modal besar untuk mendorong terciptanya dunia edukasi yang kuat, sehat dan progressive. Saat ini tenaga sukarela selalu menjadi andalan utama namun tidak mendapatkan hati dan tempat yang layak dari sisi kesejahteraan dan kemakmuran, katanya. Dia mengkhawatirkan keadaan guru honor saat ini dengan penghasilan yang sangat minim dipersulit lagi dengan aturan menerima dana bos wajib menggunakan nuptk dll padahal itu semua hanya formalitas saja, sedangkan realitasnya tenaga mereka kerapkali di pakai dan sangat murah dihargai.
Salbi menjelaskan bahwa ada kepala sekolah yang berani menggaji dengan uang sebesar lima puluh ribu untuk kegiatan seorang operator sekolah misalnya dapodik yang maha berat itu dengan gaji lima puluh ribu, apa tidak keliru, katanya. Masa selama tiga bulan cuman di kasi segitu, sementara seorang kepala sekolah yang menyuruh dan memerintah bahkan bisa mendapatkan keuntungan dengan data seorang Operator, kondisi semacam inilah yang digugat oleh beliau terkait demgam kebijakan daerah soal itu, katanya.
Salbi menambahkan ada kepala sekolah yang sangat bagus pengaturnnya ada juga kepala sekolah yg tidak bagus pengaturan keuangnnya, tidak semua kepala sekolah tidak baik hanya saja memang ada dannbahkan ada yang nakal suka memanfaatkan dan lainnya, bhw kenyataannya ada yang seperti itu hingga guru honor berani buka mulut..hingga PNS dn kepala sekolah agar bisa bijak dlm hal itu.
Dirinya hanya ingin menghimbau kepada para guru PNS dn kepala kepala sekolah jangan terlalu semena mena terhadap guru honor kalau guru honor bersuara tentang honor mungkin ada kesenjangn disekolah karena ada juga kepala sekolh yg tdk wajar dalam memberikan honorarium pada tenaga pendidiknya. Bagaimanapun juga sarjana pendidikan itu professional yang punya hak untuk mengajar tolonglah dihargai.
Makanya saya sangat setuju dengan pak menteri nadiem katanya, para kepala kepala sekolah saat ini jangan pernah punya pikiran dan hasrat untuk memiliki jabatan seumur hidup dengan ibarat berkuasa selama lamanya atau memiliki nurani kekuasaan tanpa batas, atau mengklaim bahwa jabatan kepala sekolah itu sebagai sebuah hadiah atau jabatan politis yang penentunya adalah pilkada dan lain sebagainya, dirinya sangat berharap kepada Menteri Pendidikan Nadiem untuk segera menata dan mengatur ulang dengan regulasi pendidikan yang baik agar bagaimana kedepannya peran sekolah dalam meningkatkan mutu dan avant garda memanusiakan manusia itu tetap dimulai dari rumah dan sekolah sebab kedua tempat itulah pijakan pertama dalam tempaan sikap watak bakat minat serta karakter anak hindari dan buang jauh menganggap remeh para wiyata bhakti apalagi ditengah pandemi CoronaVirus Disease ini sangat diperlukan empati berbagai kalangan untuk nasib dan masa depan mereka yang lebih baik kedepannya bukan malah sebaliknya makin hari makin mempersulit keadaan dan mencoba menerapkan manajemen rancu bahkan tiba saat tiba akal, mari kita hargai sesama dan saling merangkul berbuat bekerja bersama untuk kemajuan pendidikan kita.
Menanggapi kicauan Salbi, Ketua Umum DPP FGII , Dra. Tety Sulastri menanggapi dengan mengatakan benar, apa yang di curhatkan oleh ibu guru bernama Salbi itu benar adanya dan yang seperti itu hampir semua terjadi di seluruh wilayah termasuk DKI Jakarta, kita saat ini lagi membahas soal itu bahkan organisasi federasi guru independen indonesia ini tengah duduk bersama DPR RI di Komisi yang menangani pendidikan agar segera masalah seperti yang diceritakan diatas segera tuntas disimpulkan bersama Kemendikbud RI yang pada akhirnya nanti muaranya ke guru guru kita yang terdzolimi hingga dirinya bisa survive dan sejahtera serta dihargai selayaknya sebagai tenaga profesional sebagaimana tenaga tenaga lainnya yang mengabdi kepada bangsa dan negara demi anak anak bangsa, tandasnya.
(Tim Swara Cendekia)